fbpx

Table of Contents

Sedekah Penuh Berkah – Ketika semangat berbagi telah mendarah daging pada diri seseorang, dalam situasi dan keadaan sesempit apapun, ia akan tetap bersedekah dengan sisa-sisa harta yang dimilikinya, bahkan dengan ikhlas ia akan mengeluarkan seluruh sisa hartanya untuk bersedekah.

Hal itu terjadi karena ia yakin bahwa Allah akan memberinya balasan yang berlipat ganda ketika ia bersedekah atau berbagi dengan ikhlas. Baik di dunia maupun di akhirat, Allah akan memberikan balasan bagi orang yang bersedekah dengan balasan yang berlipat ganda.

Demikianlah ketika janji Allah telah terpatri dalam diri seseorang, dan ia meyakini bahwa Allah tidak akan pernah mengingkari janji-janjinya, ia tidak akan pernah berpikir panjang saat dimintai pertolongan oleh orang yang sedang membutuhkan pertolongan.

Ia akan memberikan apa yang bisa diberikan, bahkan rela mengeluarkan seluruh harta yang dimilikinya untuk membantu orang lain yang sedang membutuhkan. Ketika ada yang meminta atau memerlukan pertolongan, ia akan berusaha sekuatnya untuk memberikan bantuan padanya.

Hal demikian telah dicontohkan oleh salah seorang sahabat Nabi yang sangat dermawan, yakni Abu Umamah Radhiyallahu’anhu.

Dikisahkan dalam kitab yang berjudul Hilyatul Aulia karya Abu Nua’im, dan Al-Kandahlawi menukilnya dalam Haytus Shahbah, Abu Umamah dikenal sebagai orang yang gemar sekali dalam menunaikan sedekah.

Abu Umamah tidak pernah menolak seorang pengemis atau orang yang meminta-minta satupun. Apapun itu, entah beberapa biji kurma atau apa saja yang bisa dimakan, pasti akan ia berikan kepada orang yang datang untuk meminta-minta kepadanya.

Suatu hari, ketika harta yang dimiliki Abu Umamah tersisa hanya tiga dinar saja, datanglah 3 orang pengemis secara bergantian. Pengemis pertama ia beri satu dinar, begitupun seterusnya sehingga masing-masing pengemis mendapatkan jatah satu dinar.

Setelah harta sisanya yang berjumlah tiga dinar tersebut diberikan, kini habis sudah semua harta yang dimiliki Abu Umamah. Dan ia merasa tenang saja tanpa ada cemas sedikitpun.

Berbeda dengan majikannya, hamba sahaya Abu Umamah yang merupakan seorang perempuan justru bersikap sebaliknya, ia marah dan protes kepadanya seraya berkata. “Mengapa tidak kau sisakan sedikitpun untuk kita?”.

Abu Umamah tidak terlalu menanggapi sikap hamba sahayanya tersebut. Ia tidak mau ambil pusing dan sebaliknya ia malah bersantai lalu tiduran untuk istirahat siang. Begitu suara adzan berkumandang, ia dibangunkan oleh sahayanya. Setelah itu, ia mengambil wudhu dan pergi kemesjid.

Dari sini tampaklah kepedulian sahayanya Abu Umamah kepadanya. Padahal, sahaya tersebut adalah seorang nasrani. Meskipun demikian,perlu diketahui bahwa tuan atau majikan yang sangat baik, pasti ia disukai oleh sahaya atau pembantunya, meskipun keduanya berbeda dalam agama.

Bahkan, puncak kepedulian sahaya Abu Umamah terlihat ketika ia hendak membuatkan makan malam untuk sang majikan dan tidak ada apa-apa lagi di rumah mereka, dan pada saat bersamaan sang majikan sedang berpuasa, sang sahaya pun terpaksa harus berhutang kepada tetangganya.

Setelah menyiapakan makanan untuk majikannya, ketika ia menyalakan pelita dan kemudian berjlan menuju kamar Abu Umamah untuk menatanya, tiba-tiba ia melihat emas yang berjumlah 300 dinar.

Dalam benaknya, sahaya tersebut berkata “Pantas saja ia begitu ringan bersedekah dengan tiga dinar tadi kepada pengemis. Ternyata, dia memang punya simpanan yang lebih banyak”.

Setelah menunaikan salat isya, Abu Umamahpun pulang ke rumahnya. Iapun bergegas untuk menyantap hidangan yang telah disediakan oleh sahayanya. Ketika Abu Umamah melihat hidangan ditempat makannya, ia tersenyum seraya berkata “Ini adalah kebaikan dari sisi-Nya”. Abu Umamah makan ditemani oleh sahayanya.

Setelah selesai makan, sang sahaya yang sedari tadi menemani majikannya makan, berpesan kepada Abu Umamah. “ Tuan, Semoga Allah merahmatimu. Engkau meninggalkan harta di tempat yang kurang aman. Kenapa tidak tuan beritahu saya, agar saya bisa memindahkannya?”

Dengan terheran-heran Abu Umamah Bertanya “Harta apa? aku tidak meninggalkan apapun.”

Kemudian sang sahya pun mengangkat kasur dan menunjukan kepingan-kepingan emas yang berjumlah 300 dinar tersebut. Abu Umamah terkejut ketika melihat kepingan-kepingan emas tersebut dan ia merasa sumringah melihatnya.  

Tidak lama kemudian, sang sahaya pun menyadari bahwa menyadari bahwa majikannya mendapatkan kemuliaan dari Yang Maha Mulia, ia kemudian memotong salib yang selama ini ia bawa. Setelah itu, ia bersyahadat dan menjadi seorang muslimah yang hebat, ia mempelajari ilmu-ilmu syariat dan mengajarkannya kepada orang lain.

Mengenai sahaya Abu Umamah tersebut, Ibnu Jarir berkata, ” Aku pernah bertemu dengan perempuan itu di mesjid Homsh, ketika ia sedang mengajarkan Al-Quran, Sunnah, dan Ilmu Faraidh (ilmu waris) kepada kaum hawa”.

Sahabat, Melalui kisah yang sangat luar biasa diatas, kita dapat melihat betapa sedekah yang dikeluarkan dengan ikhlas akan mendatangkan berkah yang melimpah. Selain Allah menganti ratusan kali lipat, sedekah yang ikhlas juga menjadi pintun hidayah bagi hamba sahaya Abu Umamah.

Tunaikan sedekah terbaikmu segera, insyaallah dengan dilandasi keikhlasan dalam diri kita, sedekah tersebut akan mendatangkan berkah yang melimpah dan menjadikan hidup kita menjadi lebih mudah.

Yuk tunaikan sedekah terbaikmu di Yayasan Rahmatan Lil-Alamin Jakarta Timur. Insyaallah sedekah yang dikeluarkan oleh sahabat akan membantu mewujudkan cita-cita dan harapan ribuan anak yatim dan dhuafa binaan yayasan. Sahabat bisa menunaikan sedekah terbaiknya melalui situs kami berikut ini https://indonesieaberbagi.id/donasi/.